Maret 7, 2022 Oleh admin 0

Cara agar membuat kebaikan kita diterima tanpa merasa direndahkan

 

Sore yang basah. Aku kedatangan satu pesan singkat dari sahabat yang sudah belasan tahun kehilangan kabarnya. Banyak hal yang aku lewatkan, sejenak aku merutuki ketidakpedulianku. Harusnya aku lebih intens mencari kabarnya.

Seribu satu kata seharusnya terus berputar di kepalaku. Namun terus menyesali bukanlah hal yang bermanfaat bukan, lebih baik aku segera action, meski sedikit namun semoga mampu sedikit mengurangi beban di hidupnya.

Begitu mendengar kabarnya yang agak menyedihkan hatiku tiba-tiba terketuk untuk segera membuka donasi di group alumni. Tapi segera aku urungkan, aku takut akan melukai hatinya. Terkadang orang yang sedang diberi ujian dalam hidup mendadak menjadi sensisitif. Salah-salah malah akan mejadi boomerang masalah besar buatku di kemudian hari.

Dan benarlah, selang beberapa jam temanku kembali menghubungiku lewat pesan massanger, dia berpesan jangan sampai berita ini tersebar luas. Dia hanya perlu tempat bercerita untuk mengeluarkan uneg-uneg di dalam hatinya. Dia tidak ingin hal ini terdengar sama saudaranya. Terlebih di dalam group alumni itu ada saudara sepupunya.

Aku benar-benar bersyukur dalam hati. Tidak serta merta menuliskan kesulitan temanku tersebut. Meski kadang niat kita baik, namun belum tentu dapat diterima yang sama oleh orang lain bukan? Hal ini juga berlaku buat orang-orang di sekitar kita lho ya teman-teman. Jadi orang-orang yang kita lihat begitu kekurangan (miskin) belum tentu benar-benar kekurangan. jangan sampai kita sok-sok an mengasihaninya yang malahan membuat jatuh harga dirinya ya teman-teman.

Berikan Pakaian, sepatu, tas Bekas namun layak pakai bukan langsung untuknya.

Saya pada saat ini memang sedikit memilih menjalani hidup minimalis. Namun, keseharian saya yang setiap hari harus ke toko, menjadi blogger, reviewer produk mau tak mau memang harus memiliki berbagai macam model pakaian, jilbab, tas, sepatu dan sendal yang senada.

Meskipun sudah saya tekan sedemikian rupa untuk tidak membelinya namun tetap saja saya memiliki pakaian yang lumayan banyak. belum lagi pakaian gratisan hadiah kalau saya berbelanja banyak baju buat stock produk toko.  Kalau tidak diberikan ke orang lain makin bertumpuklah pakaian-pakaian tersebut.

Tetapi, memberikan langsung contohnya pada mbak ART kita bukanlah solusi. Salah-salah takut membuatnya kecewa, pakaian bekas kog dikasihkan kepada orang lain. Jadi biasanya saya akan menaruh pakaian bekas saya pada kardus, namun tidak saya pack ataupun saya lakban.

Saya akan pura-pura bertanya padanya.

“Mbak pakaian ini sudah saya pilah-pilah. Masih lumayan bagus sih baru beberapa kali pakai namun kayaknya nggak muat lagi. Di kanan – kiri rumahnya mbak kira-kira ada yang mau pakaian saya nggak ya”

Lalu  mbak tersebut akan melihat-lihat isi dari kardus pakaian tersebut.  Dan akan mengucapkan kata.

“Wah mbak ini sih masih bagus, boleh nggak buat saya?”

Baiklah, karena si mbak sudah mengucapkan kata tersebut. Satu solusi di depan mata. Satu sisi kita mengurangi barang yang ada di depan mata. Namun satu sisi kita juga memberikan sesuatu yang masih berharga pada orang terdekat kita tanpa harus takut membuatnya kecewa karena merasa direndahkan.

Saya yang Bahagia biasanya akan bilang

“ Serius mbak mau? Kalau gitu lain kali kalau saya ada beberapa produk saya yang saya nggak pakai buat mbak saja ya”

Dan alhamdulillah, sekarang beberapa produk yang saya nggak pakai lagi saya kasihkan ke mbak tersebut. Tak hanya baju, tas, sepatu, sandal, skincare ataupun make up. Beberapa yang cocok akan dia pakai sendiri. Yang tidak cocok akan diberikan kepada saudara ataupun beberapa tetangganya.  Mbak nya senang karena bisa memberi kepada yang lain, sayapun Bahagia karena tak perlu lagi takut salah sasaran.