Maret 4, 2022 Oleh admin 2

Panggil Saya Dian, Lampu Kecil yang Menjadi Penerang Hidup.

Tuhan menciptakan manusia di dunia tidak ada yang sia-sia. Begitu juga Ketika saya dilahirkan di Dunia ini. saya adalah buah cinta pertama dari ayah Dan ibu, maka kalau sampai Ada orang yang memandang sebelah Mata Akan kehadiran saya berarti orang itu Tak layak Menjadi Seorang sahabat

Rasa percaya diri itu sebenarnya tumbuh Ketika saya mengikuti webinar self love. Padahal dulu Saya biasanya sangat minder. Apalah Saya bila dibandingkan dengan teman-teman yang lain. Saya hanyalah remahan diantara teman-teman yang serba Maha sempurna itu.

Maka Saya biasanya hanya sembunyi di balik layar. Tak mengapa Saya tidak muncul di depan yang Penting segala sesuatunya Saya pastikan berjalan dengan sempurna.

Tak mengapa nama Saya tidak tertulis, tidak diumumkan di tempat umum yang terpenting kelompok saya, circle saya Menjadi pemenang. toh untuk menjadi pemenang Tak harus selamanya mengangkat tropy bukan?

Panggil Saya Dian, Lampu Kecil yang Menjadi Penerang Hidup.

Hai, panggil nama saya Dian. Satu nama yang memiliki arti lampu kecil. Kalau menurut bahasa jawa Dian sendiri berarti lampu Ublik (lampu yang menggunakan bahan dasar minyak tanah). Tak banyak lagi orang yang tahu akan hadirnya Dian. Dimana-mana sekarang semua orang menggunakan listrik dong, kalaupun mati lampu pasti menggunakan lampu emergency, siapa lagi yang akan menggunakan Dian.

Begiu pula dalam hidup ini saya merasa bukanlah siapa-siapa lagi diantara ribuan orang yang bersinar. Dalam kehidupan pekerjaan saya sebagai bloggerpun juga begitu. Makin kesini saya merasakan makin meredup.

Diantara blogger yang senior saya merasa bukan apa-apa. Sementara diantara blogger-blogger muda saya menjadi sosok yang tak terlalu energik lagi. Bahkan mengawali lagi menginjak ke dunia blogger saja maju mundur. Rasa kehilangan jati diri, menjadi pemalu seolah menjebak saya dan sungguh saya kesulitan untuk bangkit lagi.

Apa iya saya masih pantas?  Diusia saya sekarang ini memulai lagi apakah masih sanggup berlari, setelah bertahun-tahun silam meninggalkannya. Saya merasa jari jemari saya menjadi agak kaku menuliskan huruf demi huruf di keyboard laptop saya.

Tapi ada satu sisi yang kembali mendobrak semua rasa tidak percaya diri itu. Tak mengapa belum bisa menulis yang sempurna, tak mengapa menjadi remahan diantara teman-teman yang sudah duluan gemilang. Namun jika tidak secepatnya dicoba untuk kembali menulis, kapan bisa berhasilnya.

Sementara menjadi seorang blogger adalah salah satu cara saya untuk bisa berbagi melalui tulisan. Kapan lagi saya bisa mendapatkan pundi-pundi pahala jika tidak secepatnya menuliskan apa yang saya ketahui.

Finally, setelah hampir dua tahunan menekuni hobby saya sebagai blogger. Saya merasa menjadi seorang yang berguna bagi orang lain. Bahagia rasanya ketika ada email masuk ataupun pesan whatsapp yang ingin ngobrol lebih dekat mengenai apa yang saya tuliskan di blog.

Mengenai resep masakan misalnya. Ada lho yang bener-bener berterima kasih saat saya upload resep masakan beserta tips-tipsnya. Yups, karena tidak semua orang mau membeberkan resep masakannya dengan detail. Ada beberapa yang masih ditutupi dengan berbagai pertimbangan.

Entahlah karena saya tidak berniat menjual menu masakan tersebut, jadi ketika tahu saya menuliskannya dengan begitu runutnya. Begitu juga dengan berbagai tips-tips simple yang ada, saya menuliskannya begitu saja. Saya malah begitu Bahagia ketika orang lain mendapatkan  manfaat dari tulisan saya. Saya membayangkan malaikat sedang menulis satu kebaikan saya di buku amal baik saya. Simple ya, tapi ini jujur menjadi pematik semangat bagi saya untuk terus menerus menulis yang bermanfaat bagi orang lain.

Apa yang saya lakukan mungkin tidak banyak serta tidak berarti apa-apa bagi orang lain. Namun setidaknya bisa memberi satu titik cahaya itu membuat saya merasa menjadi seseorang yang berarti telah dilahirkan di dunia ini.