
Tips Memenangkan Hati Mertua
karena, Pemenang Hatinya itu Aku !
Hallo hai, aku ingin bercerita sedikit bagaimana menjadi pemenang sesungguhnya dalam hidup ini. Ops tunggu dulu. Kalau kamu ingin membaca bagaimana aku menjadi pemenang sebuah lomba kepenulisan, tentu salah tempat. Karena aku belum memenangkan banyak lomba. Waktuku masih belum banyak aku fokuskan pada dunia menulis blog.
Blog bagiku masih berupa hobby. Jadi ketika menemukan sebuah kompetisi dengan hadiah fantastis namun temanya terlalu berat bagiku yang sudah terlalu full time dengan kehidupan ini aku memilih mundur. Karena apa, percuma deh melomba kalau nggak totalitas. Pasti nggak dapat juara juga karena diluar sana pada keren-keren nih hasil tulisannya.
Oh ya, lalu tadi sebenarnya aku mau cerita tentang trully champion sebagai apa sih? apa saja kelebihanku dibandingkan orang lain (uhuks kog jadi sombong hehehe) bismillah, semoga tulisan ini menjadi remainder buat diri sendiri untuk terus berbuat baik dari hari ke hari ya.
Menjadi Pemenang di hatinya Mertua
Setelah 14 tahun menjalani pernikahan semoga tidak menjadi boomerang ketika aku menuliskan menjadi pemenang di hatinya mertuaku. Me? Sombong nggak sih? takutnya nanti kena gusur menantu satunya, wkwkkw. (semoga saja tidak, kalaupun iya juga nggak papa sih)
Menjadi sosok menantu idaman itu gampang-gampang susah. Benar nggak sih? apalagi menjalani pernikahan beda suku begini. Aku orang jawa timur (yang entahlah kog bisa halus banget perasaanku, kan harusnya kasar ya. Jadi karena Jatimku itu berada di Ngawi yang untuk keseharian lebih sering kearah Jateng jadi gitu deh, ngikutin tata krama piyantun Solo)
Sedangkan Mamer orang Banjar. Bukan kasar sih, Cuma kadang suaranya terkesan agak keras di telingaku. Apalagi keseharian waktuku banyak dihabiskan di Plaza Bunsay karena kami memiliki usaha toko baju disana dengan campur baur berbagai suku dengan berbagai sikap, sifat yang berbeda-beda. Mulai dari yang supeer halus dan super kasar bar-bar juga ada.
Waktu mengubahku dari yang awalnya Puteri Solo menjadi medium Batak. Yang banyak memakai kalimat Kau. Ampuun deh, dulu bilang kata kamu saja perasaan sudah kasar banget. Dulu aku yang sangat perasa menjadi sosok yang rada cuex, masa bodoh, terserah. Loe jual gua beli. That’s it, kadang hidup memang tak selembut permen marsmallow bukan?
Oh ya, poin plusnya aku menjadi the real champion disini apa? Aku menjadi pemenang diatas segalanya. Hidup itu nggak mulus, tentu dengan perjalanan waktu 14 tahun bukan tak ada ombak besar dan jalanan yang berbatu terjal. Ada, pasti semua itu ada ujiannya masing-masing. Tapi sanggup bertahan dengan segala ujian itu sunggu menjadi suatu kebanggaan sendiri buat aku.
Support Sistem itu Bernama Sahabat.
“Serius kamu mau ke Balikpapan?” salah satu pertanyaan sahabat terbaiku memecah pikiranku saat itu.
“Iya, Insyallah niatku sudah bulat.”
“Tapi, kamu nggak ada saudara. Nggak ada teman-teman, serius kamu sanggup bertahan. Kalau ada apa-apa dengan kamu bagaimana.” Sahabatku itu terus saja mengkhawatirkanku.
Don’t worry, aku punya beberapa teman blogger disana. Dan kalian percaya nggak, aku memang sendirian, namun ketika bertemu dengan beberapa teman blogger yang ada di Balikpapan, aku merasa inilah rumahku.
Ada teman-teman Forum Lingkar Pena, ada teman-teman kajian juga yang membuat hidupku terasa diberkati dengan kehadiran mereka. Aku bahkan tak sempat mengeluhkan kehidupanku yang terkadang berbanding terbalik dengan kebiasaanku waktu masih tinggal di Ngawi.
Tips Menjadi Menantu Idaman
Dear, disini aku nggak mau menuliskan hal yang muluk-muluk tentang perjalanan hidupku menjadi menantu idaman itu bagaimana. Tentang cara menjadi pemenang bukan terus selalu menjadi sosok yang penurut, berubah menjadi sosok malaikat tak bersayap tapi di belakang mertua menggosipkannya. Percayalah, menggunakan topeng itu lelah say hahahaha.
Jadi gimana dong. Be your self. Jadilah sosok dirimu apa adanya. Yang sakit bilang sakit, nggak suka bilang nggak suka. Yang kedua Ndableg. Eh ndableg ini bahasa indonesianya apa sih? masa bodoh gitu ya. Entahlah, aku sendiri juga kaget kalau mengingat-ingat kejadian beberapa tahun silam. Aslinya yang bersabar ini mertua atau aku sih. intinya sih saling mengerti ya.
Jadi pernah dong, awal-awal tinggal di rumah mertua aku nyapu ruang tamu. Eh masih dianggap nggak bersih dong, disapu ulang oleh mertua. Duh dasar aku, bukan besoknya menyapu lebih bersih aku malah seumur-umur nggak mau menyapu lagi dong. Sesimple itu.
Jadi omongan, sudah pasti. Menantu nyapu saja nggak bersih. Hihihi aku sih masa bodoh. Hal kecil ini, ada beberapa hal yang besar untuk diselesaikan tapi aku memilih diam. Oh ya tips selanjutnya jangan melawan mertua ya. Cukup diam saja kalau nggak suka. Jangan sampai berantem dengan mertua, kasihan suami nanti masa harus memilih antara mama dan istrinya.
Jangan mudah baperan. Hidup ya kadang memang agak keras, shock culture boleh namun ya harus cepat survive, kamu tinggal dimana disitu langit dijunjung. Perkuat diri dengan kemampuanmu juga ya. Boleh diam, namun jangan mau diinjak ya. Karena kita dilahirkan untuk menjadi orang yang berharga.